Lampu
pijar adalah sumber
cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus listrik
melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya.Kaca yang
menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan
dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.
Lampu pijar
dipasarkan dalam berbagai macam bentuk dan tersedia untuk tegangan (voltase) kerja
yang bervariasi dari mulai 1,25 volt hingga 300 volt.Energi listrik yang diperlukan
lampu pijar untuk menghasilkan cahaya yang terang lebih besar dibandingkan
dengan sumber cahaya buatan lainnya seperti lampu pendar dan dioda cahaya, maka
secara bertahap pada beberapa negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi.
Di samping memanfaatkan cahaya yang dihasilkan, beberapa
penggunaan lampu pijar lebih memanfaatkan panas yang dihasilkan, contohnya
adalah pemanas kandang ayam, dan pemanas inframerah dalam proses pemanasan di
bidang industri.
Sejarah lampu Pijar dan
Penemu Pertama
Edison mematenkan penemuannya pada 1879. Ide lampu
sebenarnya sudah berusia 70 tahun sebelum Edison mematenkannya. Sir Humpry Davy
adalah orang pertama yang mendemonstrasikan dua batang karbon yang memercikkan
cahaya. Hanya saja, cahaya yang dihasilkan terlalu terang, seperti percikan
cahaya saat mengelas besi. Selain itu, lampu ini membutuhkan sumber listrik
yang terlalu besar. Lampu Davy masih bisa Anda lihat saat ini di konser musik atau pembukaan
toko baru yang meriah.
Kompetisi Menemukan Lampu
Banyak ilmuwan tertarik pada penemuan Davy. Mereka berusaha
memecah cahaya yang terlalu terang itu. Salah satu caranya adalah dengan
mengalirkannya melalui suatu material. Hanya saja, material tersebut akan
termakan oleh listrik yang berpijar. Untuk mengatasinya maka perlu membatasi
kontak antara listrik pijar dengan oksigen. Di situlah muncul ide untuk
mengurungnya dalam bola.
Pada 1841, Frederick DeMoleyns mematenkan bohlam yang terbuat
dari campuran platina dan karbon. Empat tahun berikutnya, J.W. Starr mematenkan
bohlam vakum dengan bahan pembakar karbon. Kemudian, banyak orang berusaha
memvakum bohlam menggunakan material lain, kadang dengan bentuk yang berbeda.
Penemuan mereka berhasil di laboratorium tetapi tidak bisa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada 1878, Thomas Alva Edison bergabung dalam kompetisi
pembuatan bohlam yang efektif
dan efisien. Sebelumnya, Edison sudah terkenal sebagai penemu telegraf dan
fonograf. Pada Oktober, dia mengumumkan bahwa dia sudah mampu mengatasi
permasalahan bohlam.
Pengumuman itu terlalu dini, Edison memang sudah punya
gagasannya, tetapi dia belum sempat menyempurnakannya. Bicara memang lebih
mudah ketimbang melakukannya. Itulah yang terjadi. Dalam usaha menyempurnakan
gagasannya, Edison gagal terus.
Francis Upton
Edison mengajak Francis Upton, dari Universitas Princeton,
bergabung dalam penelitiannya. Mereka mulai mendaftar percobaan gagal yang
dilakukan orang lain dan menghindari cara-cara tersebut. Mereka juga mendaftar
sifat-sifat material yang telah digunakan dan mencari material yang tepat.
Mereka menemukan bahwa pembakar yang tepat adalah material yang memiliki
hambatan besar. Material dengan hambatan besar tidak menghabiskan banyak
listrik. Mereka mulai menyeleksi semua material yang memiliki hambatan besar.
Bohlam Pertama
Pada Oktober 1879, setahun setelah pengumuman gagasannya,
Edison menggunakan kapas yang dikarbonasi sebagai pembakar. Lampu itu menyala,
tetapi hanya mampu bertahan 13 jam. Itulah lampu yang diklaim sebagai bohlam
pertama.
Dalam pengembangannya, Edison menemukan bahwa bambu Jepang
yang dikarbonasi merupakan material yang paling tepat sebagai pembakar.
Material ini kemudian dikenal sebagai filamen. Bohlam yang menggunakan filamen
bertahan sampai 600 jam.
Jawaban “Thomas Alva Edison” sebagai penemu bohlam tidak
sepenuhnya tepat karena sudah banyak orang yang menemukan bohlam. Hanya saja,
Edison menemukan bohlam yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan
konsumsi listrik yang efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar